Sejarah BAQ
Bait Ahlil Qur’an (disingkat menjadi BAQ) merupakan lembaga pendidikan dan bimbingan Al-Qur’an. BAQ berkonsentrasi pada program dan kegiatan-kegiatan yang bernuansa Al-Qur’an, yang meliputi: Ta’allumul Quran (Belajar baca Al-Qur’an), Tahsin Al-Qur’an (Perbaikan dan pelancaran Bacaan Al-Qur’an), Ta’lim Lughotul Qur’an (Pembelajaran Bahasa Al-Qur’an), Ulumul Qur’an, dan Tafsir Al-Qur’an.
Pendirian BAQ bermula dari keinginan Moh. Najib ketika masih menjadi tenaga pengajar di salah satu Pondok Pesantren Tahfidz Al-Qur’an di Negeri Jiran, Malaysia untuk mendirikan sebuah lembaga yang bernuansa Al-Qur’an. Keinginan tersebut makin menguat ketika Moh. Najib pulang ke tanah air dan memutuskan untuk menetap di Kota Bekasi. Namun, semangat dan keinginan Moh. Najib yang sangat besar itu terhambat karena belum ada sarana dan prasarana pendukung yang memadai.
Pada bulan Juni atau Juli 2006, Moh. Najib melihat ada tanah kavling yang dijual dan segera menghubungi penjualnya. Semula Moh. Najib berharap bisa mengambil dua kavling sekaligus: satu kavling dijadikan sebagai tempat tinggal dan kavling yang lain dijadikan sebagai sarana-prasarana lembaga yang diimpikan. Harapan tersebut disampaikan Moh. Najib kepada sang penjual tanah. Kesabaran Moh. Najib seperti sedang diuji. Dia harus memilih satu dari dua pilihan yang membimbangkan. Jika membeli dua kavling sekaligus, dana yang tersedia tidak cukup untuk mendirikan bangunan sama sekali, padahal saat itu dia masih tinggal di rumah kontrakan. Dan apabila dia membeli satu kavling, dia bisa segera membangun rumah, tetapi belum ada tanah untuk mewujudkan gagasannya. Dalam kondisi ini, Moh. Najib memutuskan hanya mengambil tanah satu kavling, yang segera dibangun dan dipergunakan sebagai tempat tinggal saja. Walaupun dia harus menunda keinginannya, tetapi hatinya lebih tenang.
Meski belum mempunyai tempat khusus, semangat Moh. Najib tidak menyurutkan tekad untuk mewujudkan gagasannya, yaitu mendirikan lembaga yang bernuansa Al-Qur’an. Langkah awal yang dia tempuh adalah membuat nama terlebih dahulu. Adapun nama yang diberikan adalah “Baitu Ahlil Qur’an”, yang berarti Rumah Keluarga Al-Qur’an. Setelah mempunyai nama, Moh. Najib merancang logo Baitu Ahlil Qur’an dengan tangannya sendiri berupa huruf BAQ yang dikreasi dalam wujud garis berbentuk seperti rumah dan di dalamnya terdapat kitab yang terbuka.
Bermodal nama dan semangat yang kuat mengajarkan Al-Qur’an kepada masyarakat, Moh. Najib menggerakkan Baitu Ahlil Qur’an, bekerjasama dengan masjid atau tempat lain untuk membuat program pendidikan Al-Qur’an. Atasnama Baitu Ahlil Qur’an, Moh. Najib dibantu adiknya, Sahlul Fuad mulai menawarkan kerjasama dengan salah satu masjid untuk mengadakan Program Pendidikan Al-Qur’an dan mencetak buku Metode Belajar Baca Al-Qur’an Alif Laam Miim.
Harapan untuk mendapatkan tempat untuk pusat kegiatan Baitu Ahlil Qur’an makin terang. Pada bulan Agustus tahun 2009, tanah di dekat rumah Moh. Najib dijual. Kabar gembira itu segera disambut oleh Moh. Najib dengan cara mencari dermawan yang bersedia membantu pembelian lahan tersebut untuk pembangunan Pondok Pesantren Tahfidz Al-Qur’an. Akhirnya ada seorang dermawan yang bersedia membantu untuk membeli tanah tersebut. Bahkan dermawan tersebut dengan sukarela menyerahkan sepenuhnya tanah tersebut untuk Pondok Pesantren Tahfidz Al-Qur’an sebagai wakafnya.
Oktober 2009, Moh. Najib membentuk panitia pembangunan Pondok Pesantren, yang terdiri atas: Moh. Najib sebagai penanggung jawab; Ketua Panitia Pembangunan Dorry Suparjo; Sekretaris Edi Kusnadi, Bendahara Eko Yuli. Dalam sebuah rapat di Masjid As-Salam yang dihadiri 6 (enam) orang yang terdiri atas: Moh. Najib, Dorry Suparjo, Edi Kusnadi, Amin, Asep Firdaus, dan Udin disepakati untuk mengganti nama Baitu Ahlil Qur’an menjadi Bait Ahlil Qur’an atas dasar penyebuatannya yang lebih mudah.
Acara peletakan batu pertama Pembangunan Pondok Pesantren Tahfidz Al-Qur’an Bait Ahlil Qur’an dilaksanakan pada hari Ahad, 27 Desember 2009 M atau bertepatan pada 10 Muharram 1430 H. Pada acara tersebut, selain dihadiri oleh Moh Najib selaku pendiri dan pengasuh BAQ beserta para pengurus BAQ, juga dihadiri oleh KH. Abdullah Amin Lc., Drs KH. Ahmad Fuadi, KH. Zaini, Ketua RT 03/RW 03, Ketua RW 03, serta warga sekitar. Pembangunan ini dilaksanakan di atas tanah seluas +40 M². Bangunan tiga lantai itu selesai pada sekitar akhir 2010.
Sebelum dijadikan sebagai tempat mukim para santri, seluruh lantai gedung dipergunakan untuk kegiatan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA). Pada akhir tahun 2011, gedung lantai dua dan tiga baru mulai dipergunakan sebagai tempat mukim para santri yang menghafal Al-Qur’an. Adapun kegiatan TPA hanya mempergunakan lantai satu.
Demi terwujudnya lembaga yang mempunyai legalitas hukum dan semakin mendapat kepercayaan dari masyarakat maka pada tahun 2012, para pengurus Bait Ahlil Qur’an menghadap Notaris Nenden Nimatulhayah, SH untuk didaftarkan sebagai yayasan. Akhirnya, Yayasan Bait Ahlil Qur’an resmi terbentuk dan terdaftar di Akte Notaris Nenden Nimatulhayah. SH No 01 tanggal 06 Pebruari 2012 dan KEMENHUM DAN HAM RI, NOMOR AHU. 4071.AH 01.04 Tahun 2012.
Setelah berdiri Yayasan Bait Ahlil Qur’an, dilakukan pembenahan dan merancang program, serta melanjutkan program yang telah berjalan sebelum yayasan berdiri. Upaya pembangunan dan pengembangan juga terus dilakukan. Pergerakan Bait Ahlil Qur’an makin luas dengan sehingga dibentuklah devisi pendidikan dan dakwah dan devisi sosial.
Ahad, 29 Syawal 1433 H bertepatan dengan tanggal 16 September 2012, Bait Ahlil Qur’an juga mulai membangun gedung lagi, yang dipergunakan sebagai asrama putra Pondok Pesantren Tahfidz Al-Qur’an di atas tanah seluas + 280 M². Sebab, para santri yang menghafal di Bait Ahlil Qur’an terdiri atas santri putra dan putri. Selama ini para santri putra menempati gedung pondok pesantren yang tersedia, sedangkan para santri putri tinggal di rumah pengasuh.
Maka dengan ditandai dengan peletakan batu pertma yang acaranya dihadiri oleh para pengurus yayasan, tokoh masyarakat dan masyarakat sekitar. Pembangunan ini terletak yang direncanakan dibangun tiga lantai. Berkat rahmat Allah SWT dan dukungan kaum muslimin pembangunan gedung yang direncanakan tiga lantai itu berjalan cukup lancar. Walaupun baru bisa ditempati satu lantai, para santri putra sudah bisa menempati bangunan pondok baru tersebut pada hari Rabu, 26 Dzulqa’dah 1434 H atau bertepatan dengan tanggal 2 Oktober 2013. Setelah para santri putra menempati gedung yang baru, para santri putri pun menempati bangunan pondok lama.